Minggu, 29 Oktober 2017

Diferensiasi dan Perubahan Sosial



KATA PENGANTAR

          Puji syukur senantisa kami panjatkan kepada Allah SWT  atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua terutama kepada penulis makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena beliau yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini dengan ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu ke Islaman yang menjadi bekal kita dalam kehidupan dunia dan akhirat nanti.
Makalah ini membahas dan menguraikan tentang Diferensiasi dan Perubahan Sosial. Kami sampaikan terimakasih kepada semua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai tepat ada waktunya. Penulis sadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang positif sangat kami harapkan, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 Oktober 2017

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam perkembangan sosial masyarakat tidak luput dari aspek-aspek kajian sosial didalamnya. Seperti adanya diferensiasi dan perubahan sosial. kedua isu tersebut merupakan inti dalam kajian ilmu sosiologi yang telah mengakar persoalanya dari sejak sosiologi lahir. Begitupun dalam masyarakat, masing-masing masyarakat pasti akan merasakan dan mengalami berbagai macam-macam perubahan yang kompleks. Perubahan-perubahan sosial disini meliputi antara lain :  nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, perilaku organisasi dan lain sebagainya.

BAB II
Pembahasan
A.    Diferensiasi Sosial
1.      Pengertian Diferensiasi Sosial
Dalam suatu masyarakat, terdapat dua proses sosiologis yang mempengaruhi perilaku secara mendalam dan menyeluruh, yaitu integrasi sosial dan diferensiasi sosial. Jika integrasi sosial adalah kecenderungan masyarakat untuk saling menarik dan tergantung satu sama lainnya, maka berbeda halnya dengan diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial adalah kecenderungan ke arah perkembangan sosial yang berlawanan seperti perbedaan menurut ciri-ciri biologis antar manusia (Svalastoga, 1989) atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan profesi.
Struktur masyarakat umumnya ditandai oleh dua ciri yang khas, yaitu:
1.        Secara vertikal, ditandai oleh adanya perbedaan antar kelas sosial dan polaritas sosial yang cukup tajam. Inilah yang disebut stratifikasi sosial
2.        Secara horizontal, ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial (ras, agama, profesi, adat kedaerahan) dan inilah yang dinamakan diferensiasi sosial.
2.      Penyebab Diferensiasi Sosial
Bila stratifikasi sosial muncul karena adanya ketimpangan sosial seperti kekayaan, kekuasaan, pendidikan, dan sebagainya. Maka munculnya diferensiasi soisal disebabkan oleh adanya pembagian kerja, perbedaan agama, ras (pengelompokan individu atas dasar ciri fisik), etnis (pengelompokan individu atas dasar ciri persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat, sejarah sikap, wilayah), atau perbedaan jenis kelamin. Maka di dalam diferensiasi yang dipersoalkan bukanlah apakah antara berbagai kelompok itu seimbang atau tidak, melainkan yang lebih ditekankan bahwa masyarakat memilki pluralitas karena di dalamnya terdapat berbagai perbedaan. [1]
3.      Wujud Diferensiasi Sosial
Diferensiasi memiliki wujud yang diklasifikasikan kedalam beberapa jenis, berikut wujud diferensiasi sosial :
a.       Diferensiasi Bilogis
i.        Diferensiasi Jenis Kelamin
Diferensiasi berdasarkan jenis kelamin manusia adalah hal yang mudah paling dilihat oleh mata sebab mudah untuk diidentifikasi. Diferensiasi jenis kelamin telah melahirkan berbagai perbedaan antara pria dan wanita, diantaranya :
a)        Pola pembagian kerja, sebab secara biologis kaum laki-laki dinilai lebih kuat dan besar dibanding kaum perempuan.
b)        Sifat Psikologis, pria dinilai bersifat agresif (penyerang) dan wanita dinilai represif (menerima) dan stuktur anatomi (fisiologis) antara keduanya.
c)        Pembagian hak dan kewajiban, biasanya tergantung pada pola penarikan garis keturuan yang berlaku di masyarakat seperti pola patrilinear (masyarakat Batak), atau matrilinear (masyarakat Minangkabau).  
i.      Diferensiasi Umur
Biasanya terjadi pada masyarakat tradisional dimana orang yang usianya lebih tua memiliki otoritas (kewenangan) untuk menentukan pola-pola kehidupan masyarakatnya.
ii.    Diferensiasi Ras
A.L Krober membuat pengklasifikasian ras manusia di dunia berdasarkan empat bagian yang biasa digunakan analisis, diantaranya:
a)                      Kaukasoid, yaitu penduduk asli di wilayah Erop, sebagian di Afrika,                       dan Afrika.
b)                      Mongoloid, yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika.
c)                      Negroid, yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia.
d)                     Ras-ras Khusus, yaitu ras yang tidak masuk klasifikasi antara empat                        ras di atas, antara lain:
Ø   Bushman, yaitu penduduk asli Gurun Kalahari-Afrika Selatan.
Ø   Weddoid, penduduk asli pedalaman Sri Lanka, dan Sulawesi                                                                        Selatan.
Ø   Australoid, yaitu suku Aborigin penduduk asli Australia.
Ø   Polynesia, berada di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia.
Ø   Ainu, penduduk asli Pulau Karafuto dan Hokaido Jepang.
iii.  Diferensasi Intelektual
Intelegensi sebenarnya merupakan unsur genetis, sebab besar kecilnya kapasitas otak manusia merupakan kodrat sejak ia lahir. Maka tingkat intelegensi manusia tidaklah sama, sedangkan proses belajar merupakan sarana untuk mengasah intelegensi saja. Maka tergantung bagaimana seseorang mengasah otaknya saja, ada yang mempunyai volume otak kecil tetapi, karena sering diasah maka ia bisa memiliki daya nalar yang besar.
b.           Diferensiasi Sosiokutural
i.      Diferensasi Suku Bangsa
Dapat diidentifikasikan melalui bahasa, pakaian adat, bangunan rumah, kesenian, dan sistem perkawinan.
ii.    Diferensiasi Agama
Perbedaan “iman” ini menimbulkan pola-pola tingkah pekerti bagi kelompok pemeluk keyakinan dan kepercayaan yang menghasilkan perbedaan kultur perkelompok.
iii.  Diferensiasi Klan
Klan adalah bagian dari suku bangsa  yang merupakan kesatuan kecil dari kerabat secara unilateral. Dalam istilah mudah Klan adalah sistem kekerabatan.
iv.  Diferensiasi Profesi
Profesi disebut juga bidang pekerjaan atau keahlian yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Biasanya profesi akan dihargai oleh masyarakat seiring dengan bobot dari pekerjaan itu.
4.      Dampak Diferensiasi Sosial
Dampak posistif yaitu sebagai kekayaan budaya yang dapat dijadikan modal dasar dalam pembangunan. Dengan syarat seluruh elemen memahami perbadaan antarkelomponya dengan menempatkan toleransi sebagai perekat integritas sosial.
Dampak negatif yaitu menjadi pemicu disintegrasi sosial, jika tiap-tiap kelompok yang berbeda saling mengedepankan kepentingan kelompoknya dengan mengabaikan kelompok sosial lainnya.
Beberapa hal yang merupakan konsekuensi dari diferensiasi sosial suatu bangsa dintaranya adalah:
a)        Interseksi Sosial (Gejala Tumpang-Tindih)
Interseksi sosial adalah persilangan atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok  sosial dari berbagai section atau seksi baik berupa suku agama, jenis kelamin, kelas sosial, dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
b)        Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu yang berbeda kemudian melebur dan melahirkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian atau sifat kebudayaan aslinya.
Beberapa wujud akulturasi diantaranya:
i.      Akulturasi Bahasa.
ii.    Akulturasi Religi.
iii.  Akulturasi Kesenian.
iv.  Akulturasi Peralatan Hidup dan Teknologi.[2]    
B.     Perubahan Sosial
1.      Definisi Perubahan Sosial
Definisi perubahan sosial banyak dikemukakan oleh beberapa tokoh[3], antara lain sebagai berikut :
a.       Kingsley Davis
Kingsley mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat
b.      Maclever
Menurut Maclever perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan-perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial
c.       Gillin dan Gillin
Mengatakan bahwa perubahan sosial adalah sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku diantara kelompok masyarakat[4].
2.      Bentuk Perubahan Sosial
Bentuk perubahan sosial dibagi kedalam beberapa bentuk antara lain :
a.       Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan secara lambat disebut evolusi, perubahan ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada suatu rencana atau kehendak tertentu. Sedangkan perubahan cepat disebut dengan revolusi. Dalam revolusi, perubahan bisa terjadi baik dengan terencana maupun tanpa rencana.
b.      Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan ini diukur berdasarkan seberapa besar atau sedikit pengaruhnya sebuah perubahan terhadap masyakarat. Perubahan yang pengaruhnya kecil merupakan perubahan pada unsur struktur sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Dan perubahan yang pengaruhnya besar terhadap masyarakat adalah seperti industrialisasi pada masyarakat agraris.
c.       Perubahan yang Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan yang direcanakan adalah perubahan-perubahan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan pada perencanaan yang matang oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan tersebut. Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan mengakibatkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tida diharapkan[5].
3.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan
Adanya suatu proses perubahan tidak luput dari apa yang melatar belakangi terjadinya perubahan itu sendiri. Seperti halnya perubahan sosial, banyak kemungkinan yang menjadi latar belakang timbulnya perubahan sosial, entah sebab itu timbul dari dalam masyarakat itu sendiri ataupun dari luar. Oleh kerenanya perlu diketahui apa yang menjadi latar belakang adanya perubahan sosial, berikut beberapa hal yang menjadi faktor-faktor yang menyababkan adanya perubahan sosial :
a.       Faktor yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri :
-          Bertambah dan berkurangnya penduduk
-          Penemuan-penemuan baru
-          Pertentangan dalam masyarakat
-          Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakat
b.      Faktor yang bersumber dari luar masyarakat :
-          Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada disekitar manusia
-          Peperangan dengan negara lain
-          Pengaruh kebudayaan masyarakat lain melalui adanya kontak kebudayaan antara dua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan yang berbeda[6]
4.      Proses-proses Perubahan Sosial
a.       Penyesuaian Masyarakat terhadap perubahan
Setiap masyarakat selalu menghendaki adanya keseimbangan sosial, dimana berbagai sosial yang pokok diharapkan tetap berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, setiap adanya gangguan yang muncul dan dapat menganggu keseimbangan selalu distabilkan melalui perubahan lembaga sosial atau masing-masing orang perorangan yang berusaha menyesuaikan diri pada perubahan[7].

b.      Saluran-saluran Perubahan Sosial
Saluran-saluran perubahan sosial merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan sosial. Umumnya, saluran-saluran tersebut meliputi lembaga-lembaga kemasyarakatan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak yang tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa tertentu[8]
c.       Disorganisasi dan Reorganisasi
Apabila terdapat perubahan, maka norma dan nilai-nilai kemasyarakatan mengalami proses pudar, maka disini timbul problema sosial berupa penyimpangan (deviation). Proses seperti itu disebut disorganisasi. Sebaliknya, reorganisasi merupakan proses pembentukan norma dan nilai-nilai baru dalam bentuk penyesuaian diri dalam lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.
                                    
Daftar Pustaka    
Narwoko, Dwi, J., Bagus Suyanto. 2006. Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan.  Jakarta : Prenada Media.
Setiadi, M. Elly. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada.
Setiadi, M. Elly.,Usman Kolip, 2011. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya). Jakarta : Kencana
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.
Syarbaini, Syahrial. 2009. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta : Graha Ilmu.


[1] J. Dwi Narwoko dan Bagus Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media, 2006) hlm. 193-194
[2] Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta : Kencana, 2011) hlm. 462-482
[3] Soerjoeno Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 262-263
[4] Soerjoeno Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar......, hlm. 261

[5] Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hlm. 140-141
[6] Elly. M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta : Kencana Prenada, 2016), hlm. 56
[7] Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hlm. 137
[8] Soerjoeno Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar......, hlm. 290

Tidak ada komentar:

Posting Komentar