Minggu, 29 Oktober 2017

Kaidah Mufrad dan Jamak



KAIDAH MUFRAD DAN JAMAK
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran II
Dosen pengampu:
Drs. Muhammad Chirzin, M.Ag



disusun oleh:
Agus Heriyanto                            15530019
Anisah Novie M                           15530012
Muhamad Anam Fauzi                 15530027



PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016




                                                                                                           
                                                                                                                                                 


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ..............................................................................................1
Rumusan Masalah .......................................................................................................2
Tujuan ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Mufrad dan Jamak ....................................................................................3
Penggunaan Mufrad dan Jamak ..................................................................................4
Fungsi penggunaan Mufrad dan jamak........................................................................6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................................9
DAFTAR PUTAKA ....................................................................................................10





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang merupakan wahyu dari Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril untuk dijadikan pedoman dan tuntunan  bagi seluruh umat manusia. Mempelajari Al-Qur'an sangat dianjuran untuk semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa. Karena keutamaan Al-Qur'an inilah setiap muslim harus berpegang teguh terhadap Al-Qur'an dengan diimbangi sifat yang toleran dan terbuka degan hal baru yang tidak bertentangan dengan syariat islam.
Para ulama menggagas aturan atau prinip-prinsip dalam menafsirkan Al-Qur'an untuk memudahkan dalam memahami Al-Qur'an yang memiliki banyak interptretasi. Setelah melalui proses panjang dan disempurnakan oleh para ulama dan ahli ilmu maka terciptalah kaidah penafsiran Al-Qur'an. Upaya ulama ini sangat bermanfaat karena menjadi rujukan generasi berikutnya untuk mengembangkan variasi bentuk penafsiran untuk dikontekskan sesuai dengan keadaan sosial masyarakat.
Kaidah penafsiran Al-Qur'an sendiri merupakan prinsip-prinsip yang digunakan sebagia jembatan antara ayat yang bersifat statis atau tetap untuk dikompromikan dengan zaman atau konteks. Terkadang para mufassir menggunakan kaidah tersebut bukan semata-mata untuk mengungkapkan makna atau artinya. Urgensi kaidah penafsiran Al-Qur'an adalah untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur'an agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan zamannya (konteks).
Kaidah penafsiran Al-Qur'an yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu kaidah jamak dan mufrad. Dalam kitab nahwu dan sharof jamak dan mufrad menjadi bagaian dari isim. Dalam sudut pandang pembahasan ilmu nahwu jamak dan mufrad lebih menekan pada penggunaan tempat (keadaan subjek dalam kalimat). Sedangkan dalam sudut pandang ilmu sharof penggunaan jamak dan mufrad membahas tentang seluk beluk kata tersebut dari mufrad samapai menjadi jamak.
Dalam Al-Qur'an penggunaan kaidah jamak dan mufrad membahas mengenai keagungan dan kasih sayang  Allah kepada seluruh makhluknya yang tidak pernah berhenti tanpa bisa dihitung. Kemudian juga mengenai petunjuk dan kesesasatan karena pada hakekatnya datangnya petunjuk yaitu dari Allah sedangkan kesesatan berasal dari makhluknya. Selain itu kaidah mufrad dan jamak juga berkaitan dengan keindahan bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an.
Sehingga untuk lebih memahami mengenai kaidah jamak dan mufrad tersebut dalam pembahsan makalah ini kami akan menjelaskan mengenai garis besar kaidah jamak dan mufrad. Semua yang kami bahas semoga dapat menjadi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi setiap pembaca.Semua kebenaran dari Allah dan kesalahn dari diri kami sendiri.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian jamak dan mufrad?
2.      Apa saja penggunaan jamak dan mufrad?
3.      Apa fungsi penggunaan jamak dan mufrad?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi jamak dan Mufrad
2.      untuk menguraikan penggunaan-penggunaan jamak dan Mufrad
3.      untuk mengetahui fungsi penggunaan ayat dengan kaidah jamak dan mufrad





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengetian mufrad dan jamak
1.       Isim Mufrad
Secara etimologi kata mufrad merupakan kata yang bermakna tunggal, sedangkan kata jama’ adalah kebalikannya yang berarti banyak. Namun, jika dipandang dari segi terminologi, kata mufrad adalah kata yang bermakna satu. Isim mufrad adalah isim yang bukan mutsanna dan bukan jamak dan bukan pula mulhaq pada keduanya dan bukan pula pada asmaul khomsah.
2.      Isim Jamak
 kata jama’ adalah kata yang bermakna yang bermakna tiga atau lebih (Depag, 129). Isim jamak dibagi menjadi 3[1]:
a.       Jamak Mudzakar Salim
Jamak mudzakar salim ialah isim yang menunjukan arti lebih dari dua dengan menambahkan wawu dan nun (ون) atau ya dan nun (ين).
b.      Jamak Muannas Salim
Jamak muannas salim ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan menambahkan alif dan ta (ات)
c.       Jamak Taksir
Jamak taksir ialah isim yang menunjukkan isim yang lebih dari dua dengan perubahan bentuk mufradnya.

B.     Penggunaan Mufrad dan Jamak dalam al-Quran
Dalam Al-Quran ada kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk mufradnya saja, dalam bentuk jamaknya saja dan ada juga yang dipakai dalam bentuk mufrad dan jamaknya sesuai dengan konteksnya. Berikut beberapa contohnya[2].

1.      Kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk mufrad diantaranya:
a.       Kata ardh (bumi)
يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ أَرۡضِي وَٰسِعَةٞ فَإِيَّٰيَ فَٱعۡبُدُونِ ٥٦
56. Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku (dan hanya Aku). (QS. Al-Ankabut:56)

b.      Kata shirath (jalan)[3]
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٥٣
153. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am: 153)
c.       Kata nur (cahaya)

يَوۡمَ تَرَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَسۡعَىٰ نُورُهُم بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۖ بُشۡرَىٰكُمُ ٱلۡيَوۡمَ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي
مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُخَٰلِدِينَ فِيهَاۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٢
12. (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar"(QS. Al-Hadid:12)


2.      Kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk jamak diantaranya:
a.       kata lub-albab

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعٗا مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا
ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًاۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢١
21. Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (QS. Az-Zumar:21)
b.      Kata kub-akwab

 فِيهَا سُرُرٞ مَّرۡفُوعَةٞ ١٣ وَأَكۡوَابٞ مَّوۡضُوعَةٞ ١٤
13. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan
14. dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya).(QS. Al-Ghasyiah:13-14)

3.      Kata-kata yang kadang digunakan dalam bentuk mufrad dan jamak, sesuai dengan maksud dan konteksnya.
a.       Kata sama'-samawat
Kata sama’ dalam bentuk jamak adalah untuk menyebut bilangan atau untuk menunjukkan betapa luasnya. dan dalam bentuk mufrad jika yang dimaksud adalah arah atas, sebagai lawan bawah. Contoh:


سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١
1. Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hadid:1)

ءَأَمِنتُم مَّن فِي ٱلسَّمَآءِ أَن يَخۡسِفَ بِكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ ١٦
16. Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?(QS. Ad-Dzariyat:22)

b.      Kata rih-riyah
Kata rih biasanya disebutkan dalam bentuk mufrad jika digunakkan dalam konteks adzab dan digunakan dalam bentuk jamak jika digunakkan dalam konteks rahmat. Contoh:
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمۡۖ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَرَمَادٍ ٱشۡتَدَّتۡ بِهِ ٱلرِّيحُ فِي يَوۡمٍ عَاصِفٖۖ لَّا يَقۡدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيۡءٖۚ
ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلۡبَعِيدُ ١٨
18. Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim: 18)
  وَأَرۡسَلۡنَا ٱلرِّيَٰحَ لَوَٰقِحَ فَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَسۡقَيۡنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمۡ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ ٢٢
22. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al-Hijr:22)

C.     FUNGSI DARI PENGGUNAAN JAMAK DAN MUFROD
1.      Lafadz yang hanya berbentuk jamak, ketika mufrod merupakan sinonim dari jamaknya.
Misal : kata “al lubb”  اللبّyang selalu disebutkan dalam bentuk jamak, albab, seperti terdapat pada ayat إنَّ في ذَالك لذكرى لأولى الألباب  “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”  (az Zumar : 21). Kata ini tidak pernah digunakan dalam Qur’an bentuk mufradnya, namun muradifnya disebutkan, yaitu lafadz “al qalb” (القلب)  seperti إنَّ في ذَالك لذكرى لمن كان له قلبٌ   “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal“ (Qaf: 37) . Dan kata “al kub” الكوب tidak pernah dipakai bentuk mufradnya, tetapi selalu bentuk jamaknya, “al akwab” misalnya وأكواب موضوعة  “dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya)” (al Gasyiyah:14)  
2.       Lafadz yang hanya berbentuk mufrod, ketika dijamakkan dalam bentuk yang menarik tiada bandingannya.
Seperti terdapat pada ayat الله الذى خلق سبع سموات ومن الأرض  مثلهنّ  “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (at Talaq: 12). Allah tidak berfirman  وسبع أرضين, karena yang demikian adalah kasar dan merusak keteraraturan susunan kalimat. Dan lafadz ,السماء ia terkadang disebutkan dalam bentuk jamak dan terkadang dalam bentuk mufrad, sesuai dengan keperluan. Jika yang dimaksudkan adalah “bilangan” maka ia didatangkan dalam bentuk jamak yang menunjukkan betapa sangat besar dan luasnya, seperti dalam ayatسبح لله ما فى السموات وما فى الأرض     “telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi “ (al Hasyr : 1). Dan jika yang dimaksudkan adalah “arah” maka ia didatangkan dalam bentuk mufrad, seperti  ءأمنتم مَن فى السماء أن يخسف بكم الأرض    “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu“ (al mulk: 16).
Lafadz “ar-rih” (الريح)  juga termasuk kategori ini, ia disebutkan dalam bentuk jamak dan mufrad. Pemakaian bentuk jamak dalam konteks rahmat sedang bentuk mufrad dalam bentuk azab. Disebutkan hikmahnya ialah bahwa  رياح الرحمةatau angin rahmat itu bermacam-macam sifat dan manfaatnya -dan terkadang sebagiannya berhadapan dengan sebagian yang lain- diantaranya ada angin semilir yang bermanfaat bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dalam konteks rahmat ini ia dijamakkan, .رياح  Sedang dalam konteks azab “rih” atau angin itu datang dari satu arah, tanpa ada yang menentang atau menolaknya.
Ibn Abi Hatim dan yang lain meriwayatkan , Abu Ka’ab berkata : ‘Segala sesuatu yang disebut dengan ‘Ar-riyah” dalam Qur’an ialah rahmat, sedang yang disebut dengan “ar-rih” adalah azab. oleh karena itu tersebutlah dalam sebuah hadis ” Allahumma ij’alha riyahan wa la taj ‘alha rihan”. Jika tidak demikian maka hal itu karena ada hikmah lain.”
3.       Lafadz yang senantiasa dimufrodkan dan yang senantiasa dijamakkan.
Termasuk kelompok ini adalah lafaz “an nur” yang senantiasa di mufradkan  dan Lafaz “az zumulat” senantiasa dijamakkan. Juga lafaz “sabil al-haqq” yang selalu di mufradkan dan  “sabil al batil” yang selalu dijamakkan. Ini karena jalan (sabil) menuju kebenaran itu hanya satu sedang jalan menuju kebatilan banyak sekali dan bercabang-cabang. Dengan alasan seperti ini lafaz  “walliyul mu’minin”  dimufradkan dan “auliya’ul kafirin” dijamakkan, seperti terlihat dalam: الله ولي الذين آمنوا يخرجهم من الظلمات إلى النور, والذين كفروا أولياءهم   الطاغوت يخرجهم من النور إلى الظلمات    “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran)”  (al Baqarah 257) dan  وأنّ هذا صراطي مستقيما فاتبعوه, ولا تتبعوا السبل فتفرّق بكم عن سبيله   “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.“ ( al An’am: 153).
4.       Lafadz yang datang dalam bentuk mufrod, tasniyah, dan jamak
Lafaz ” al masyriq” dan “al maghrib” juga termasuk kelompok ini. Keduanya disebutkan dalam bentuk mufrad, tasniyah dan jamak. Pemakaian bentuk mufrad karena mengingat arahnya dan untuk mengisyaratkan kearah timur dan barat, seperti dalam ayat :   رب المشرق والمغرب  “Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya” (al Muzammil: 9). Bentuk tasniyah, karena keduanya adalah dua tempat terbit dan dua tempat terbenam di musim dingin dan musim panas, seperti dalam ayat: ورب المغربين     رب  المشرقين, sedang bentuk jamak digunakan mengingat keduanya ialah tempat terbit dan tempat terbenam setiap hari, seperti dalam ayat :  فلا أقسم برب المشارق والمغارب  “Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa” (al Ma’arij: 40)








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Kaidah mufrad dan jamak adalah kaidah penafsiran yang menekankan pada aspek bilangan atau jumlah. Secara bahasa mufrad artinya ( tunggal) sedangkan jamak artinya banyak (lebih dari 3). Jamak sendiri dibagi menjadi 3 jamak mudzakar salim, muanats salim dan jamak taksir. Dengan pembahasan kaidah mufrad dan jamak menjelaskan alasan serta dapat mengungkap  makna   ketika menggunakan kata mufrad dan jamak.
Dalam pembahasan mengenai kaidah mufrad dan jamak lebih condong kepada penggunaan kata-kata yang digunakan untuk peringatan maupun sebagai pengetahauan umum. Peringatan ayat Al-Qur'an membahas mengenai petunjuk dan kesesatan. Pada hakekatnya petunjuk dari Allah (mufrad) sedangkan kesesatan berasal dar makhluk-makhluknya (jamak). Sebagai pengetahuan umum bahwa Allah menciptakan langit yang sangat luas dan bumi sebagi temapat bagi manusia tidak ada temapt lain didunia ini yang dapat ditemapati  manusia selain berada di bumi.
























DAFTAR PUSTAKA


Chirzin, M. 2003. Al-Quran dan Ulumul Quran. (Yogyakarta: PT DHANA BAKTI PRIMAYASA)
Baidan, Nashrudin. 2003. Wawasan baru Ilmu Tafsir. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Kunci Pintar Berbahasa Arab
http:// fajardawn.blogspot.ac.id
                                                                 


[1] Lihat di buku Kunci Pintar Berbahasa Arab
[2] Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, (Yogyakarta: PT DANA BHAKTI PRIMA YASA, 2003) hlm. 195-199

1 komentar: