KAIDAH MUFRAD DAN JAMAK
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran II
Dosen pengampu:
Drs. Muhammad Chirzin, M.Ag
disusun oleh:
Agus Heriyanto 15530019
Anisah Novie M 15530012
Muhamad Anam Fauzi 15530027
Agus Heriyanto 15530019
Anisah Novie M 15530012
Muhamad Anam Fauzi 15530027
PROGRAM
STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ..............................................................................................1
Rumusan Masalah .......................................................................................................2
Tujuan ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Mufrad dan Jamak ....................................................................................3
Penggunaan Mufrad dan Jamak ..................................................................................4
Fungsi penggunaan Mufrad dan jamak........................................................................6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................................9
DAFTAR PUTAKA ....................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang
merupakan wahyu dari Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat
jibril untuk dijadikan pedoman dan tuntunan bagi seluruh umat manusia. Mempelajari
Al-Qur'an sangat dianjuran untuk semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa.
Karena keutamaan Al-Qur'an inilah setiap muslim harus berpegang teguh terhadap
Al-Qur'an dengan diimbangi sifat yang toleran dan terbuka degan hal baru yang
tidak bertentangan dengan syariat islam.
Para ulama menggagas aturan atau
prinip-prinsip dalam menafsirkan Al-Qur'an untuk memudahkan dalam memahami
Al-Qur'an yang memiliki banyak interptretasi. Setelah melalui proses panjang
dan disempurnakan oleh para ulama dan ahli ilmu maka terciptalah kaidah
penafsiran Al-Qur'an. Upaya ulama ini sangat bermanfaat karena menjadi rujukan
generasi berikutnya untuk mengembangkan variasi bentuk penafsiran untuk dikontekskan
sesuai dengan keadaan sosial masyarakat.
Kaidah penafsiran Al-Qur'an sendiri merupakan
prinsip-prinsip yang digunakan sebagia jembatan antara ayat yang bersifat
statis atau tetap untuk dikompromikan dengan zaman atau konteks. Terkadang para
mufassir menggunakan kaidah tersebut bukan semata-mata untuk mengungkapkan
makna atau artinya. Urgensi kaidah penafsiran Al-Qur'an adalah untuk lebih
memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur'an agar dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan zamannya (konteks).
Kaidah penafsiran Al-Qur'an yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu kaidah jamak dan mufrad. Dalam kitab nahwu dan sharof
jamak dan mufrad menjadi bagaian dari isim. Dalam sudut pandang pembahasan ilmu
nahwu jamak dan mufrad lebih menekan pada penggunaan tempat (keadaan subjek
dalam kalimat). Sedangkan dalam sudut pandang ilmu sharof penggunaan jamak dan
mufrad membahas tentang seluk beluk kata tersebut dari mufrad samapai menjadi
jamak.
Dalam Al-Qur'an penggunaan kaidah jamak dan
mufrad membahas mengenai keagungan dan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya yang tidak
pernah berhenti tanpa bisa dihitung. Kemudian juga mengenai petunjuk dan
kesesasatan karena pada hakekatnya datangnya petunjuk yaitu dari Allah
sedangkan kesesatan berasal dari makhluknya. Selain itu kaidah mufrad dan jamak
juga berkaitan dengan keindahan bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an.
Sehingga untuk lebih memahami mengenai kaidah
jamak dan mufrad tersebut dalam pembahsan makalah ini kami akan menjelaskan mengenai
garis besar kaidah jamak dan mufrad. Semua yang kami bahas semoga dapat menjadi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi setiap pembaca.Semua kebenaran dari Allah
dan kesalahn dari diri kami sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jamak dan mufrad?
2. Apa saja penggunaan jamak dan mufrad?
3. Apa fungsi penggunaan jamak dan mufrad?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi jamak dan Mufrad
2. untuk menguraikan penggunaan-penggunaan jamak
dan Mufrad
3. untuk mengetahui fungsi penggunaan ayat dengan
kaidah jamak dan mufrad
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengetian mufrad dan jamak
1.
Isim Mufrad
Secara etimologi kata mufrad
merupakan kata yang bermakna tunggal, sedangkan kata jama’ adalah kebalikannya
yang berarti banyak. Namun, jika dipandang dari segi terminologi, kata mufrad
adalah kata yang bermakna satu. Isim mufrad adalah isim yang bukan mutsanna dan
bukan jamak dan bukan pula mulhaq pada keduanya dan bukan pula pada asmaul
khomsah.
2.
Isim Jamak
kata jama’ adalah kata yang bermakna yang
bermakna tiga atau lebih (Depag, 129). Isim
jamak dibagi menjadi 3[1]:
a.
Jamak Mudzakar Salim
Jamak
mudzakar salim ialah isim yang menunjukan arti lebih dari dua dengan
menambahkan wawu dan nun (ون) atau ya dan nun (ين).
b.
Jamak Muannas Salim
Jamak
muannas salim ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan
menambahkan alif dan ta (ات)
c.
Jamak Taksir
Jamak taksir ialah isim yang menunjukkan isim yang lebih dari dua
dengan perubahan bentuk mufradnya.
B.
Penggunaan Mufrad dan Jamak dalam al-Quran
Dalam Al-Quran ada kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk
mufradnya saja, dalam bentuk jamaknya saja dan ada juga yang dipakai dalam
bentuk mufrad dan jamaknya sesuai dengan konteksnya. Berikut beberapa contohnya[2].
1.
Kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk mufrad diantaranya:
a.
Kata ardh (bumi)
يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ أَرۡضِي وَٰسِعَةٞ
فَإِيَّٰيَ فَٱعۡبُدُونِ ٥٦
56. Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku (dan
hanya Aku). (QS. Al-Ankabut:56)
b.
Kata shirath (jalan)[3]
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا
تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم
بِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٥٣
153. dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa. (QS. Al-An’am: 153)
c.
Kata nur (cahaya)
يَوۡمَ تَرَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَسۡعَىٰ نُورُهُم
بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۖ بُشۡرَىٰكُمُ ٱلۡيَوۡمَ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي
مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُخَٰلِدِينَ فِيهَاۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ
ٱلۡعَظِيمُ ١٢
12. (yaitu) pada hari
ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka
bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka):
"Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang
besar"(QS. Al-Hadid:12)
2.
Kata-kata yang selalu disebutkan dalam bentuk jamak diantaranya:
a.
kata lub-albab
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ
فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعٗا مُّخۡتَلِفًا
أَلۡوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا
ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًاۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
٢١
21. Apakah kamu tidak
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal (QS. Az-Zumar:21)
b.
Kata kub-akwab
فِيهَا سُرُرٞ
مَّرۡفُوعَةٞ ١٣ وَأَكۡوَابٞ مَّوۡضُوعَةٞ ١٤
13. Di dalamnya ada
takhta-takhta yang ditinggikan
14.
dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya).(QS. Al-Ghasyiah:13-14)
3.
Kata-kata yang kadang digunakan dalam bentuk
mufrad dan jamak, sesuai dengan maksud dan konteksnya.
a.
Kata sama'-samawat
Kata sama’ dalam bentuk jamak adalah untuk menyebut bilangan
atau untuk menunjukkan betapa luasnya. dan dalam bentuk mufrad jika yang
dimaksud adalah arah atas, sebagai lawan bawah. Contoh:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۖ
وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١
1. Telah bertasbih kepada
Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. Al-Hadid:1)
ءَأَمِنتُم مَّن فِي ٱلسَّمَآءِ أَن يَخۡسِفَ بِكُمُ
ٱلۡأَرۡضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ ١٦
16. Apakah kamu merasa
aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir
balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?(QS.
Ad-Dzariyat:22)
b.
Kata rih-riyah
Kata rih biasanya disebutkan dalam bentuk mufrad jika
digunakkan dalam konteks adzab dan digunakan dalam bentuk jamak jika digunakkan
dalam konteks rahmat. Contoh:
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمۡۖ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَرَمَادٍ
ٱشۡتَدَّتۡ بِهِ ٱلرِّيحُ فِي يَوۡمٍ عَاصِفٖۖ لَّا يَقۡدِرُونَ مِمَّا
كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيۡءٖۚ
ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلۡبَعِيدُ ١٨
18. Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka
adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin
kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah
mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS.
Ibrahim: 18)
وَأَرۡسَلۡنَا ٱلرِّيَٰحَ لَوَٰقِحَ فَأَنزَلۡنَا مِنَ
ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَسۡقَيۡنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمۡ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ ٢٢
22. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan
(tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum
kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS.
Al-Hijr:22)
C. FUNGSI DARI PENGGUNAAN JAMAK DAN MUFROD
1. Lafadz yang hanya berbentuk jamak, ketika
mufrod merupakan sinonim dari jamaknya.
Misal : kata “al lubb” اللبّyang selalu
disebutkan dalam bentuk jamak, albab, seperti terdapat pada ayat إنَّ في ذَالك لذكرى لأولى الألباب “Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (az Zumar : 21). Kata ini tidak pernah
digunakan dalam Qur’an bentuk mufradnya, namun muradifnya disebutkan, yaitu
lafadz “al qalb” (القلب)
seperti إنَّ في ذَالك لذكرى
لمن كان له قلبٌ “Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal“ (Qaf: 37)
. Dan kata “al kub” الكوب tidak pernah dipakai bentuk
mufradnya, tetapi selalu bentuk jamaknya, “al akwab” misalnya وأكواب موضوعة “dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya)”
(al Gasyiyah:14)
2. Lafadz
yang hanya berbentuk mufrod, ketika dijamakkan dalam bentuk yang menarik tiada
bandingannya.
Seperti terdapat pada ayat الله الذى خلق سبع سموات ومن الأرض مثلهنّ
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (at
Talaq: 12). Allah tidak berfirman وسبع أرضين,
karena yang demikian adalah kasar dan merusak keteraraturan susunan kalimat.
Dan lafadz ,السماء ia terkadang disebutkan dalam
bentuk jamak dan terkadang dalam bentuk mufrad, sesuai dengan keperluan. Jika
yang dimaksudkan adalah “bilangan” maka ia didatangkan dalam bentuk jamak yang
menunjukkan betapa sangat besar dan luasnya, seperti dalam ayatسبح لله ما فى السموات وما فى الأرض “telah bertasbih kepada Allah apa yang ada
di langit dan bumi “ (al Hasyr : 1). Dan jika yang dimaksudkan adalah “arah”
maka ia didatangkan dalam bentuk mufrad, seperti ءأمنتم مَن فى السماء أن يخسف بكم الأرض “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah
yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu“
(al mulk: 16).
Lafadz “ar-rih” (الريح) juga termasuk kategori ini, ia disebutkan
dalam bentuk jamak dan mufrad. Pemakaian bentuk jamak dalam konteks rahmat
sedang bentuk mufrad dalam bentuk azab. Disebutkan hikmahnya ialah bahwa رياح الرحمةatau angin rahmat itu bermacam-macam sifat dan manfaatnya -dan terkadang
sebagiannya berhadapan dengan sebagian yang lain- diantaranya ada angin semilir
yang bermanfaat bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dalam konteks
rahmat ini ia dijamakkan, .رياح
Sedang dalam konteks azab “rih” atau angin itu datang dari satu arah,
tanpa ada yang menentang atau menolaknya.
Ibn Abi Hatim dan yang lain meriwayatkan , Abu
Ka’ab berkata : ‘Segala sesuatu yang disebut dengan ‘Ar-riyah” dalam Qur’an
ialah rahmat, sedang yang disebut dengan “ar-rih” adalah azab. oleh karena itu
tersebutlah dalam sebuah hadis ” Allahumma ij’alha riyahan wa la taj ‘alha
rihan”. Jika tidak demikian maka hal itu karena ada hikmah lain.”
3. Lafadz
yang senantiasa dimufrodkan dan yang senantiasa dijamakkan.
Termasuk kelompok ini adalah lafaz “an nur”
yang senantiasa di mufradkan dan Lafaz
“az zumulat” senantiasa dijamakkan. Juga lafaz “sabil al-haqq” yang selalu di
mufradkan dan “sabil al batil” yang
selalu dijamakkan. Ini karena jalan (sabil) menuju kebenaran itu hanya satu
sedang jalan menuju kebatilan banyak sekali dan bercabang-cabang. Dengan alasan
seperti ini lafaz “walliyul
mu’minin” dimufradkan dan “auliya’ul
kafirin” dijamakkan, seperti terlihat dalam: الله ولي الذين آمنوا يخرجهم من الظلمات إلى النور, والذين كفروا أولياءهم الطاغوت يخرجهم من النور إلى الظلمات “Allah pelindung orang-orang yang beriman;
Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran)” (al Baqarah 257) dan وأنّ هذا صراطي مستقيما فاتبعوه, ولا تتبعوا السبل فتفرّق بكم عن سبيله
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka
ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.“ ( al An’am: 153).
4. Lafadz
yang datang dalam bentuk mufrod, tasniyah, dan jamak
Lafaz ” al masyriq” dan “al maghrib” juga termasuk
kelompok ini. Keduanya disebutkan dalam bentuk mufrad, tasniyah dan jamak.
Pemakaian bentuk mufrad karena mengingat arahnya dan untuk mengisyaratkan
kearah timur dan barat, seperti dalam ayat :
رب المشرق والمغرب
“Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang
memelihara kedua tempat terbenamnya” (al Muzammil: 9). Bentuk tasniyah, karena
keduanya adalah dua tempat terbit dan dua tempat terbenam di musim dingin dan
musim panas, seperti dalam ayat: ورب المغربين رب المشرقين,
sedang bentuk jamak digunakan mengingat keduanya ialah tempat terbit dan tempat
terbenam setiap hari, seperti dalam ayat :
فلا أقسم برب المشارق والمغارب
“Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat,
Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa” (al Ma’arij: 40)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kaidah mufrad dan jamak adalah kaidah
penafsiran yang menekankan pada aspek bilangan atau jumlah. Secara bahasa
mufrad artinya ( tunggal) sedangkan jamak artinya banyak (lebih dari 3). Jamak
sendiri dibagi menjadi 3 jamak mudzakar salim, muanats salim dan jamak taksir. Dengan
pembahasan kaidah mufrad dan jamak menjelaskan alasan serta dapat
mengungkap makna ketika menggunakan kata mufrad dan jamak.
Dalam pembahasan mengenai kaidah mufrad dan
jamak lebih condong kepada penggunaan kata-kata yang digunakan untuk peringatan
maupun sebagai pengetahauan umum. Peringatan ayat Al-Qur'an membahas mengenai
petunjuk dan kesesatan. Pada hakekatnya petunjuk dari Allah (mufrad) sedangkan
kesesatan berasal dar makhluk-makhluknya (jamak). Sebagai pengetahuan umum
bahwa Allah menciptakan langit yang sangat luas dan bumi sebagi temapat bagi
manusia tidak ada temapt lain didunia ini yang dapat ditemapati manusia selain berada di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Chirzin, M.
2003. Al-Quran dan Ulumul
Quran. (Yogyakarta: PT DHANA BAKTI PRIMAYASA)
Baidan, Nashrudin. 2003. Wawasan baru Ilmu Tafsir.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Kunci Pintar Berbahasa Arab
http:// fajardawn.blogspot.ac.id
P.
BalasHapus